brutal

brutal

Tuesday, June 7, 2011

Kisah Nabi Ayyub a.s.....

Nabi Ayyub ‘alaihissalam adalah salah seorang Nabi yang terkenal dengan kesabarannya, maka mari kita mengambil iktibar dari kisah beliau berikut ini dan semoga kisah ini dapat menambah kesabaran kita. Amiin.

Para ahli tafsir, ahli sejarah, dan ilmuwan lainnya mengatakan: Ayyub ‘alaihissalam adalah seorang yang mempunyai banyak kekayaan dengan aneka ragam wujudnya, baik binatang ternak maupun tanah pertanian yang membentang di daerah Hauran.”Ibnu ‘Asakir (di kitab tarikh Dimasq) menceritakan: Semuanya itu adalah miliknya. Disamping itu dia mempunyai anak dan anggota keluarga yang sangat banyak. Lalu semua kekayaan itu diambil darinya, kemudian Nabi Ayyub a.s diuji dengan berbagai macam penyakit, sehingga tidak ada satu pun anggota tubuhnya yang sihat selain hati dan lidahnya yang selalu berzikir kepada Allah Ta’ala. Dengan penderitaan itu ia tetap sabar dan tabah serta selalu berzikir kepada Allah Ta’ala siang dan malam hari, pagi dan keesokan hari.

Penyakit yang dideritanya itu berlangsung cukup lama hingga dia dipulau dan diusir dari kampungnya. Tidak ada yang menaruh kasihan kecuali isterinya saja, di mana dia selalu memberikan perhatian yang dalam, dan dia tidak melupakan dan tetap menghargai kebaikan dan kasih sayang Ayyub ‘alaihissalam di masa lalu. Isterinya tidak henti-hentinya mengurus segala yang diperlukannya, termasuk membantunya buang hajat dan memenuhi semua keperluannya sehingga keadaan isterinya semakin lemah dan hartanya semakin berkurang, hingga dia bekerja pada orang lain untuk dapat memberi makan suaminya serta mengubati suaminya-mudah-mudahan Allah meredhainya dan memberikan keredhaan kepadanya-.Namun dia tetap sabar dan tabah dengan peristiwa yang menimpanya dan dengan hilangnya kekayaan dan anak dari sisinya serta penderitaan yang datang bertubi-tubi setelah sebelumnya dia merasakan kenikmatan dan kemuliaan. Maka Innaa lillaahi wa Innaa ilaihi raaji’un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali)

Dan dalam hadiths shahih riwayat Timidzi, Ibnu Majah, Ahmad dll ditegaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Orang yang mendapat cubaan paling berat adalah para Nabi, lalu orang-orang yang sepertinya dan orang yang sepertinya,seseorang diuji sesuai kadar agamanya, apabila agamanya kuat maka bertambah besar pula ujiannya, dan apabila agamanya lemah maka dia diuji sesuai kadar agamanya. Dan sentiasa seseorang mendapat ujian sampai dia berjalan di atas bumi dan tidak menanggung dosa.”(shahih riwayat Ahmad,Ibnu Majah dll)

Ujian dan cubaan itu tidak menambah Ayyub ‘alaihissalam melainkan kesabaran, pujian, dan rasa syukur. Kisah di atas merupakan contoh kesabaran Ayyub ‘alaihissalam, serta beratnya bala’ dan ujian yang ia hadapi.

Para ahli tafsir dan sejarah berbeza pendapat mengenai masa cubaan yang dijalaninya.Dan yang benar adalah sebagaimana disebutkan di dalam sunnah yang shahih.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Nabi Allah Ayub’alaihissalam diuji dengan musibah tersebut selama lapan belas tahun, dimana keluarga dekat serta keluarga yang jauh telah menolaknya dan mengusirnya kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya, dimana keduanya telah memberinya makan dan mengunjunginya. Kemudian pada suatu hari salah seorang dari kedua saudaranya itu berkata kepada saudaranya yang satu, ‘Demi Allah tahukah kamu, bahwa Ayub telah melakukan suatu dosa yang belum pernah dilakukan siapa pun di dunia ini.’ Sahabatnya itu bertanya, ‘Dosa apakah itu?.’ Saudaranya tadi berkata, ‘Selama lapan belas tahun Allah tidak merahmatinya, sehingga menimpalah apa yang yang menimpanya.’ Ketika keduanya mengunjungi Ayub ‘alaihissalam maka salah seorang dari kedua saudaranya itu tidak dapat menahan kesabarannya, sehingga ia menyampaikan pembicaraan tersebut kepadanya. Ayub ‘alaihissalam menjawab, ‘Aku tidak mengetahui apa yang kamu berdua bicarakan, kecuali Allah Ta’ala mengetahui; bahwa aku pernah berjalan melewati dua orang laki-laki yang berselisih,lalu keduanya menyebut-nyebut nama Allah.Lalu aku kembali ke rumahku dan menutup diri dari keduanya, kerana merasa benci nama Allah disebut, kecuali dalam masalah yang haq.’”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketika Ayub ‘alaihissalam pergi menunaikan hajatnya maka isterinya memegang tangannya hingga selesai. Suatu hari isterinya datang terlambat dan Ayub ‘alaihissalam menerima wahyu, ‘Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.’ (Shad: 42) Ketika isterinya datang dan bermaksud menemuinya, maka ia melayangkan pandangannya dalam keadaan terpegun, dan Ayub AS menyambutnya dalam rupa dimana Allah telah menyembuhkan penyakit yang dideritanya, dan rupanya sangat tampan seperti semula. Ketika isterinya melihatnya, seraya bertanya, ‘Semoga Allah memberkatimu, apakah engkau melihat Nabi Allah yang sedang diuji? Demi Allah, bahwa aku melihatnya mirip denganmu saat ia sihat.’ Ayub ’alaihissalam menjawab, ‘Sesungguhnya aku ini adalah dia.’ Ketika itu di hadapannya terdapat dua buah gundukan yaitu gundukan gandum dan jewawut. Kemudian Allah mengirim dua buah awan, dimana ketika salah satunya menaungi gundukan gandum, maka tercurah padanya emas hingga penuh, sedangkan pada gundukan jewawut tercurah mata wang hingga penuh.” (HR. Abu Ya’la, 3617, yang dishahihkan al-Hakim (2/581-582) dan Ibnu Hibban (2091) serta al-Albani dalam kitab Shahîh-nya no. 17).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi, beliau bersabda:“Setelah menyembuhkan Ayyub ‘alaihissalam, Allah menurunkan hujan berupa belalang emas kepadanya. Lalu Ayyub mengambil sebahagian darinya dengan tangannya dan memasukannya ke dalam bajunya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :”Ketika Ayyub sedang mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba sekumpulan belalang emas bersujud, kemudian Ayyub meraupnya dan memasukkan ke bajunya, lalu Rabbnya berseru kepadanya :’Hai Ayyub, bukankah Aku telah menjadikan kamu kaya seperti yang kamu saksikan?’Ia menjawab:’Benar, ya Rabbku, tetapi tiada pernah aku merasa cukup dari berkah-Mu.’”

Dan fiman Allah Ta'ala:

“Hantamkanlah kakimu”(QS.Shaad:42)

Artinya, hentakkanlah kakimu ketanah. Maka Ayyub ‘alaihissalam pun mentaati perintah-Nya, Sehingga Allah Ta’ala membuatkan sumber air yang jernih, lalu menyuruhnya mandi dan minum dari air tersebut. Setelah mandi dan meminum air itu, maka lenyaplah semua penyakit yang dideritanya selama ini, baik yang lahir maupun yang bathin. Dan setelah itu Allah Ta’ala menggantinya dengan kesihatan lahir dan bathin, ketampanan yang sempurna dan harta kekayaan yang melimpah, Bahkan Allah Ta’ala juga menurunkan hujan belalang emas kepadanya, serta mengembalikan keluarganya, sebagaimana yang difirmankan-Nya:

“Dan Kami Anugerahkan ia dengan mengumpulkan kembali keluarganya dan Kami tambahkan kepada mereka sebanyak mereka pula” (QS.Al-Anbiyaa’:84)

Ada yang berpendapat:”Allah Ta’ala menghidupkan mereka secara keseluruhan.”Dan ada lagi yang menyatakan:”Allah Ta’ala memberikan ganti kepadanya ketika di dunia dan menyatukan mereka kembali bersamanya kelak di akhirat.”
Dan firman-Nya :

“Sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QSAl-Anbiyaa’:84)

Maksudnya, Kami hilangkan kesusahan yang dideritanya dan Kami lenyapkan penderitaanya sebagai rahmat dari Kami sekaligus kasih sayang dan kebaikan Kami kepadanya.

“Dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang beribadah kepada Allah. (QS.AlAnbiyaa’:84)

Yaitu, sebagai peringatan bagi orang yang mengalami cubaan, baik fisik, harta kekayaan, mahu anak keturunannya. Maka hendaklah dia menjadikan Nabi Ayyub ‘alaihissalam sebagai suri tauladan, di mana beliau pernah diuji oleh Allah dengan cubaan yang lebih berat, lalu dia bersabar sehingga Allah menyembuhkannya kembali.

Dan setelah itu, Nabi Ayyub ‘alaihssalam sempat menjalani hidup selama tujuh puluh tahun di negeri Romawi dengan memeluk agama yang hanif, adapun orang-orang yang setelahnya mereka merubah agama Ibrahim ‘alaihissalam

Monday, June 6, 2011

25 Wasiat Luqman Hakim Kepada Anaknya

Bicara Luqman dengan anaknya menerusi satu riwayat dalam kitab Tafsir Rahul Ma'ani dan Kitab Hidayatul Mursyidin, diriwayatkan telah memberikan anaknya dua puluh lima wasiat iaitu: 

1. Hai anakku, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam di dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama taqwa, isinya ialah iman dan layarnya ialah tawakkal kepada Allah.

2. Hai anakku, janganlah engkau menelan terus sesuatu makanan kerana manisnya dan janganlah terus engkau memuntahkan sesuatu barang kerana pahitnya. Kerana manis itu belum tentu mendatangkan kesegaran dan pahit itu belum tentu mendatangkan musibah.

3. Hai anakku, apabila engkau ingin mencari teman sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan perkara yang menaikkan kemarahannnya. Bila mana dalam kemarahan itu dia masih berusaha untuk menginsafkan engkau maka bolehlah engkau ambil sebagai teman dan sekiranya bukan demikian maka berhati-hatilah engkau terhadapnya.

4. Perbaikilah tuturkatamu, halus budi bahasamu dan manis wajahmu, kerana engkau akan disukai orang melebihi sukanya terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga kepadanya.

5. Hai anakku, janganlah engkau terlalu mudah ketawa kalau bukan perkara yang menggelikan, jangan engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau menanyakan sesuatu yang tidak ada gunanya bagi diri kamu dan janganlah engkau mensia-siakan harta dunia kamu.

6. Hai anakku, ambillah harta dunia sekadar keperluanmu, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke bakul sampah, kelak diri kamu akan menjadi pengemis yang membebankan orang lain. Sebaliknya jangan engkau rangkul dunia ini dan meneguk habis airnya, kerana sesungguhnya semua yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan orang bodoh dan orang yang bermuka dua, kerana akan membahayakan diri kamu.

7. Hai anakku, apabila engkau berteman, jadikanlah dirimu orang yang tidak pernah mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarlah dia mengharapkan sesuatu daripadamu.

8. Jadikanlah dirimu dalam setiap perkara sebagai seorang yang tidak berhajatkan kepada pujian atau menagih sanjungan dari orang lain, kerana penguasaan riya' itu akan menyebabkan diri kamu beroleh kecelakaan.

9. Hai anakku, janganlah engkau cenderung kepada dunia semata-mata dan hatimu jangan disibukkan dengan urusan dunia semata-mata, kerana engkau diciptakan oleh Allah bukan untuk urusan dunia sahaja. Sesungguhnya tidak ada orang yang lebih hina melainkan orang yang terpedaya dengan dunia semata-mata.

10. Hai anakku, usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata busuk, kotor dan kasar kerana engkau akan lebih selamat apabila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar dirimu mendatangkan manfaat kepada orang lain.

11. Hai anakku, bukanlah sesuatu kebaikan namanya apabila engkau selalu mencari ilmu tetapi tidak engkau mengamalkannya. Hal itu tidak ubahnya seperti orang yang mencari kayu bakar, setelah banyak terkumpul maka dia tidak mampu memikulnya, padahal dia masih terus mengumpulkannya.

12. Janganlah engkau makan atau minum yang berlebihan kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu akan merosakkan diri dan pemikiranmu dan alangkah baiknya makanan yang lebih itu diberikan kepada anjing sahaja.

13. Barangsiapa yang penyayang, sudah tentu akan disayang, sesiapa yang suka berdiam diri sudah tentu akan selamat daripada berkata-kata tentang perkara yang mengandungi racun dan barang siapa yang tidak mampu menahan lidahnya daripada berkata kotor, sudah tentu akan menyesal.

14. Hai anakku, bergaul mesralah dengan orang alim dan berilmu. Perhatikanlah kata-kata dan nasihatnya kerana sesungguhnya akan sejuk hati kamu mendengar nasihatnya, akan hiduplah hatimu dengan cahaya hikmah dari mutiara kata alim ulama bagaikan tanah yang subur disiram air hujan.

15. Hai anakku, bila engkau mengahdapi dua pilihan, menjenguk orang mati atau menghadiri pesta perkahwinan, maka hendaklah engkau memilih menjenguk orang mati. Sebab menziarah orang mati itu akan mengingatkan kamu kepada kampung akhirat, sedangkan menghadiri pesta perkahwinan itu hanya akan mengingatkan kamu kesenangan dunia.

16. Makanlah makananmu bersama-sama orang yang taqwa dan musyawarahlah segala urusanmu dengan para alim ulama dengan cara memohon nasihat daripadanya.

17. Orang-orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan daripada Allah. Orang yang insaf dan sedar setelah menerima nasihat daripada orang lain, akan sentiasa menerima kemuliaan dari Allah swt.

18. Hai anakku, seandainya orang tuamu memarahimu, maka marahnya itu sebagai siraman air bagi tanam-tanaman yang kering kontang.

19. Jauhilah dirimu dari berhutang kerana sesungguhnya berhutang itu akan menjadikan dirimu hina di siang hari dan hina di malam hari.

20. Selalulah berharap kepada Allah agar menjauhkan kamu daripada sesuatu yang menyebabkan kamu menderhaka kepada-Nya. Takutlah kepada Allah dengan benar-benar takut, tentulah engkau akan terlepas dari sifat putus asa daripada rahmat Allah swt.

21. Hai anakku, engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu yang besar dan besi yang amat berat tetapi adalah lebih berat daripada itu semua apabila engkau mempunyai jiran yang jahat.

22. Hai anakku, janganlah sekali-kali engkau mengirimkan utusan melalui orang bodoh dan jahat. Maka bila tidak ada orang yang baik dan cerdik, sebaiknya engkau sendiri sahajalah yang menjadi utusan.

23. Jauhilah sejauh-jauhnya sifat dusta, sebab berrdusta itu enak sekali mengerjakannya bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja perbuatan dusta yang dilakukan, akibat dan bahayanya amat besar.

24. Hai anakku, orang yang merasa dirinya hina dan rendah di dalam beribadah dan taat kepada Allah, maka orang itu akan sentiasa tawadhuk kepada Allah, dia akan lebih dekat kepada Allah dan sentiasa menghindarkan dirinya daripada melakukan maksiat.

25. Hai anakku, seorang pendusta itu akan hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang dan seseorang yang telah rosak akhlaknya akan sentiasa memikirkan dan mengkhayalkan perkara-perkara yang tidak benar. Ketahuilah bahawa memindahkan batu besar yang berat dari tempat asalanya adalah lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang-orang yang tidak mahu mengerti

Wednesday, June 1, 2011

3 Perkara Berat Tentang Solat



"Sesungguhnya sembahyang itu sangat besar dan berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."






Sembahyang 5 waktu secara lahirnya tidak berat kerana bacaan tidaklah panjang, tidak perlu masa yang lama sekitar 15 - 20 minit, boleh dilakukan di mana-mana. Ia juga tidak memerlukan perbelanjaan wang yang banyak, tidak menyusahkan dan tidak memenatkan. Tetapi mengapa Allah menyebut besar dan berat melainkan pada orang-orang yang khusyuk?






Khusyuk yang dimaksudkan ialah orang mukmin yang jiwa tauhidnya mendalam, rasa kehambaan melekat kuat dan dibawa ke mana-mana. Rasa cinta dan takutnya dengan Tuhan menguasai jiwa mereka. Mereka mudah kerjakan solat dalam kehidupan, bahkan rindu serta seronok mengerjakannya kerana mereka dapat bercakap-cakap, melepaskan perasaan rindu dan meminta ampun. Sembahyang sentiasa ditunggu waktunya hingga tidak sabar menunggunya dan terasa terlalu pendek. Oleh itu mereka banyakkan sembahyang sunat.






Berat ada 3 peringkat






A. Berat sebelum melakukan sembahyang






Bagi orang Islam yang hatinya tidak khusyuk oleh itu mereka merasa berat dan beban dengan sembahyang. Orang begini tidak akan menunggu waktu sembahyang. Apabila khusyuk dengan Tuhan tiada, sudah tentu ada perkara lain yang kita agung-agungkan yang menjadi otak dan jiwa kita mungkin banyak atau mungkin sedikit seperti cintakan glamour, anak isteri, kemasyhuran atau kesusahan ataupun semuanya. Orang yang begini tentu berat dan susah dengan sembahyang sebab gangguan kehidupan. Oleh sebab itu tidak larat untuk bersembahyang dan kalau dilakukan hanya fizikalnya sahaja sembahyang, fikiran dan hati tidak sembahyang.






Contoh - contoh berat sebelum sembahyang :


1. Bila rasa sayang meninggalkan kerja. Ketika mengerjakannya rasa terpaksa dan terseksa.


2. Bila sedang bersukaria dengan anak isteri tentu berat untuk sembahyang. Sembahyang pula dilakukan lewat dan tidak dari hati.


3. Apabila sedang mesyuarat, sembahyang dipandang berat, maka sembahyang dipandang kecil dan kerana bimbang dengan mesyuarat. Lalu tertinggal atau qada' maka tidak khusyuklah solat.


4. Apabila sedang berkelah/berseronok dengan kawan-kawan sudah tentu sembahyang tidak diambil kiradan dipandang ringan. Apabila kenduri kendara kita jiwai supaya tiada cacat celanya maka sembahyang dilupai atau dilakukan dengan rasa terpaksa.


5. Waktu musafir badan terasa letih, asyik dengan pemandangan dan seronok hingga terpesona maka berat untuk melakukan sembahyang.


6. Apabila jiwa bertuhan tiada dan jiwa lemah, sembahyang tetap berat dan nak cepat-cepat. Lebih-lebih lagi untuk melaksanakan ikrar di dalam sembahyang.






Oleh itu orang yang hanya berfikiran tauhid bukan berjiwa tauhid tetap berat untuk sembahyang. Apa yang diingati oleh orang yang tak khusyuk di dalam sembahyang ialah perkara yang dijiwainya selain dari Allah dan ia besarkan maka itulah yang ringan dan mudah dilakukan. Ingatan inilah yang menggantikan ingatan pada Allah. Kawan-kawan, anak isteri, mengira-ngira duit, setiap kesusahan, dendam kesumat dan setiap apa yang dijiwai sama ada seronok atau susah itulah yang datang dalam sembahyang.






B. Berat semasa sembahyang






Bila rasa bertuhan tiada, sembahyang rasa terpaksa. Oleh itu sembahyang dilakukan dengan cepat-cepat. Maka mengerjakan


sembahyang terasa penat. Berat, jemu, tak sabar, lambat, tidak bertenang-tenang lebih-lebih tak sabar untuk hayati/faham setiap lafaz yang dibacanya. Akhirnya dibaca tanpa roh. Jika tarikan dunia lebih daripada itu maka masuklah perkara-perkara lain. Dan sembahyang dirasakan penat, jemu dan akhirnya boleh sampai tinggal sembahyang






C. Berat menunaikan tuntutan sembahyang






Dia seronok dengan sembahyang tetapi tak faham tuntutan sembahyang. Sewaktu sembahyang berbagai ikrar dibuat. Contohnya meminta jalan yang lurus iaitu jalan rasul-rasul dan ingin hidup ikut jalan Allah dalam seluruh aspek hidup. Ikrar dan janji yang sama diulang lima kali sehari.






Bagi orang yang khusyuk terasa amat takut dan bimbang. Oleh itu bila selepas sembahyang mereka sungguh-sungguh ikut ajaran Islam. Maka bimbang takut tak dapat laksanakan. Bezanya dengan orang yang berjiwa tauhid ialah mereka selalu lupa dan bohong dengan Tuhan. Janji tidak ditunaikan dengan Tuhan bahkan lupa dan tidak sungguh-sungguh. Orang yang khusyuk hatinya sentiasa takut seolah-olah belum menunaikan janjinya. Mereka yang tidak khusyuk tak sungguh-sungguh tunaikan janji kerana tarikan kepada Tuhan telah lemah. Oleh itu kehendak Allah walaupun telah berjanji tetapi amat berat untuk dikerjakan. Oleh itu berjanji untuk hidup ikut syariat tetapi yang diikut ialah teori-teori akal. Sembahyang tidak dikaitkan dengan ekonomi, politik dan sosial. Membangunkan sembahyang ertinya membangunkan tamadun. Contohnya di dalam sembahyang memerlukan kain.






Perusahaan untuk membuat kain adalah fardhu kifayah bagi umat Islam, dari sini akan lahir teknologi pertanian, kejenteraan, pengangkutan, import ekspot dan lain-lain lagi. Sebab itu kita lihat banyak tamadun Islam yang dibangunkan oleh orang-orang dulu